Remaja kelahiran desa Malangbong, Garut ini bernama
Sari Apriyani. Nama tersebut merupakan nama pemberian dari Kedua Nenek, yang
awalnya Nenek pertama mengusulkan nama Sani namun tidak disetujuin melainkan
merubah huruf N menjadi R oleh Nenek yang kedua, jadilah Sari. Aku, Sari
Apriyani, memang lahir di desa, namun tidak tinggal menetap disana karena harus
ikut tinggal bersama Ayahku di Jakarta.
Aku
merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Aku memiliki 1 adik laki-laki dan 1
adik perempuan. Jarak usia diantara kita bertiga yaitu 5 tahun. Menjadi seorang
anak Sulung memang memiliki tanggung jawab yang besar terhadap adik-adiknya dan
juga harus bisa menjadi contoh yang baik untuk adik-adiknya juga.
Aku
lahir di bulan april sehingga orang tuaku memberi nama belakangku mirip dengan
bulan kelahiran yaitu Apriyani. Lahir pada hari selasa, tanggal 11 dan tahun
1995. Dulu hingga kini dan sampai seterusnya, aku dan keluargaku memeluk agama
Islam.
Tahun
2006 lulus dari Sekolah Dasar, tahun 2009 lulus dari Sekolah Menengah Pertama
dan 2012 lulus dari Sekolah menengah Atas. Dulu selama bersekolah di bangku SD,
prestasiku bias dibilang sangat baik. Selalu mendapatkan rangking 1, aktif
dalam kegiatan pramuka, menjadi ketua kelas, dipercaya dan disayang oleh guru
dan teman-teman. Namun, semuanya berbanding terbalik saat di Sekolah Menengah
Pertama. Aku menjadi seorang yang pemalas, tidak bergaul, tidak dikenal guru
bahkan teman satu angkatan, miris.
Masuk
ke salah satu SMP Favorit di Jakarta sangat membuat orang tuaku bangga. Bahkan tidak
jarang mereka memamerkan kepada orang lain sehingga orang lain akan memujiku
sebagai anak yang pintar. Namun ternyata prestasiku buruk. Aku mulai serius
belajar pada saat kelas 9, karna aku sadar untuk masuk ke SMA Negeri itu susah,
dan aku juga menginginkan masuk ke SMA yang terkenal dan favorit. Dan akhirnya
dengan usahaku, aku diterima di salah satu SMA favorit. Di SMA kehidupan mulai
berubah karena aku tidak ingin masa-masa SMA ku seperti masa SMP-ku.
Aku
bergabung dengan ekstrakulikuler Paskibra, karena mengan keinginanku ingin bias
mengibarkan bendera Merah Putih di Istana Negara. Namun angan memang hanya
menjadi angan-angan. Aku tidak lolos seleksi untuk Paskibraka Indonesia.
Walaupun demikian, semangatku tidak putus dalam ber-paskibra. Aku telah
mendapatkan banyak pengalaman dari Paskibra, seperti berlomba, menang lomba,
kalah lomba, menjadi Pengibar Bendera dalam memperingati Kejadian Trisakti
tahun 1998 langsung di Universitas Trisakti, mengibarkan bendera di kantor
kecamatan, kantor dinas, dan masih banyak lagi bersama Keluarga Besar Paskibra
sekolahku. Memilih ekstrakulikuler Paskibra dan menjadi bagian dalam Keluarga
besar Paskibra merupakan Pengalaman terbaikku yang tidak akan terlupakan.
Lulus SMA tahun 2012 dan gagal masuk
Perguruna Tinggi Negeri. Akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke salah satu Perguruan
Tinggi Swasta yang cukup terkenal menurut saya. Universitas Gunadarma. Hingga
kini aku sudah menduduki bangku kuliah di tingkat semester 5.
0 komentar:
Post a Comment